Published: 27 Maret 2023
By: Lukas Danny Tjitrabudi
SOP DIGITAL – Sebagian besar perusahaan gagal dalam melakukan transformasi digital. Berbagai penelitian dari berbagai sumber menunjukkan bahwa tingkat kegagalan transformasi digital (SOP DIGITAL) untuk memenuhi tujuan awalnya berada pada kisaran antara 70% hingga 95%, dengan rata-rata 87,5%. Akan tetapi, tema transformasi digital telah menjadi agenda utama perusahaan selama setidaknya satu dekade dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan melambat. Sebaliknya, banyak ahli menyoroti percepatan transformasi digital akibat dari Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Perusahaan dituntut untuk lebih adaptif dalam menghadapi perubahan situasi ini.
Terdapat beberapa alasan kenapa perusahaan gagal dalam melakukan upaya transformasi digital. Pertama, ketika perusahaan menetapkan tujuannya, perusahaan cenderung terlalu optimis dalam harapan mereka tentang waktu dan cakupan hasil. Perusahaan berpikir transformasi digital akan selesai dengan cepat dan berdampak langsung dengan sekejap mata.
Aspek kedua di balik transformasi digital yang gagal adalah eksekusi yang buruk, termasuk kurangnya tata kelola yang tepat, memprioritaskan penerapan teknologi daripada implementasi di level pengguna. Terkadang pengguna masih kesulitan dan belum terbiasa dengan transformasi digital yang dilakukan, oleh karena itu dalam implementasi transformasi digital, user harus memahami perubahan yang ada dengan baik.
Rintangan ketiga adalah berkaitan dengan kecepatan pemimpin perusahaan dalam mengelola transisi antara yang lama dan yang baru. Terutama dalam membuat keputusan yang penting dalam implementasi digital ini.
Sederhananya, ada kurva pembelajaran digital; perusahaan harus belajar berjalan sebelum dapat berlari. Agar transformasi digital berhasil, para pemimpin senior perlu menyadari kurva pembelajaran ini, yang memiliki tahapan berbeda dan pada akhirnya akan sampai pada tingkat setiap karyawan mampu dan menguasai perubahan ini.
Gambar 1. Learning Curve
Agar ketiga hal di atas tidak terjadi, perusahaan perlu melakukan tiga langkah berikut yang dapat membantu perusahaan mengatasi kesulitan dalam transformasi digital. Ketiga langkah ini menyajikan kesempatan yang berbeda untuk perusahaan dapat belajar mengenai perubahan yang terjadi. Dua tahap pertama, modernisasi dan transformasi di seluruh perusahaan, difokuskan untuk membentuk kembali bisnis yang ada sesuai visi dan misinya. Fase terakhir adalah tentang penciptaan nilai bisnis baru atau mengungkap sumber nilai baru yang menjadi nilai tambah baru bagi perusahaan.
Langkah pertama adalah modernisasi dimana hal ini adalah tentang menyederhanakan dan mendigitalkan proses dan fungsi yang ada. Untuk meningkatkan pengalaman pelanggan di sebuah supermarket sebagai contoh, perusahaan dapat merancang aplikasi pelanggan dengan basis handphone atau mengimplementasikan layanan self-service, dimana pelanggan dapat melakukan pembayaran secara otomatis. Untuk sistem operasional, ini bisa tentang mengintegrasikan produksi dan gudang secara digital. Untuk modernisasi karyawan, dapat tentang mengotomatiskan proses SDM atau menyediakan portal layanan mandiri untuk karyawan.
Apakah program digital ini mengubah organisasi? Kemungkinan besar tidak. Fase ini sering diremehkan atau bahkan dicemooh, padahal seharusnya tidak demikian. Sama seperti fondasi sebuah rumah, itu membuat organisasi secara digital lebih kuat dan lebih cerdas. Ini juga memberikan umpan balik yang cukup cepat yang dapat memicu perubahan digital yang lebih kompleks dan skala besar. Sehingga, ini merupakan peluang besar bagi organisasi untuk meningkatkan kemampuan digitalnya.
Langkah kedua adalah transformasi seluruh perusahaan, dimana langkah ini adalah upaya perubahan rantai nilai lintas fungsi yang kompleks, misalnya, peritel yang ingin memiliki pengalaman pelanggan yang terintegrasi sepenuhnya di semua saluran fisik dan digitalnya sehingga tercipta Customer Relationship Management yang handal. Untuk operasional dapat berupa aplikasi internet-of-things untuk mengotomatisasi proses order-to-cash.
Apakah ini upaya transformasional? Sangat. Menyelaraskan silo organisasi tradisional, membangun model tata kelola yang tepat serta menambahkan nilai baru. Ini semua adalah hal penting untuk dikembangkan demi kesuksesan transformasi.
Transformasi di seluruh perusahaan biasanya berfokus pada peningkatan operasional yang ada. Namun, ketika berhasil, mereka sangat sering membuka peluang penciptaan nilai baru, misalnya dengan menjangkau pelanggan baru atau menemukan cara baru yang efisien dalam menjalankan operasi. Transformasi di seluruh perusahaan bersifat lintas fungsi dan kompleks, dan merupakan fase wajib dalam perjalanan menuju kematangan transformasi digital.
Langkah ketiga adalah penciptaan nilai bisnis baru dimana perusahaan meningkatkan market size yang ada atau menciptakan lini pendapatan baru. Dari sisi pelanggan, peruisahaan dapat beralih dari menjual produk dan layanan secara tradisional ke model bisnis baru berbasis subscription atau berlangganan.
Untuk operasi dapat menggunakan data analitik untuk secara akurat memprediksi kinerja operasional dalam memproyeksikan jumlah produksi.
Ini adalah transformasi sejati karena menantang proses, struktur, dan kemampuan organisasi yang ada dan membutuhkan cara kerja baru. Kepemimpinan adalah kuncinya, karena ini tentang transisi dari model operasi yang ada ke yang baru. Sering kali, fase ini juga menuntut pemikiran ulang terhadap batas-batas organisasi saat bergerak dari proses linier tradisional ke ekosistem digital ini. Tahapan ini membutuhkan tingkat kematangan transformasi digital yang tinggi.
Namun dari perspektif pembelajaran organisasi, jarang ditemukan contoh pemimpin digital di perusahaan besar yang telah melompati fase awal. Kunci transformasi digital yang lebih sukses adalah dengan tidak melewatkannya: Mulailah dengan langkah pertama dan investasikan fokus dan sumber daya untuk melakukannya dengan benar. Menumbuhkan kematangan digital organisasi Anda melalui kurva pembelajaran, sehingga transformasi digital perusahaan akan meningkatkan peluang perusahaan untuk sukses.
Cognoscenti Consulting Group memberikan produk dan layanan konsultasi dimana perusahaan dapat melakukan transformasi digital melalui penerapan SOP Digital, dimana proses-proses yang ada di dalam perusahaan tidak sekedar kertas berisi flowchart, tapi bisa dijalankan secara digital dan dipantau secara berkala. Dengan SOP Digital, perusahaan dapat mengintegrasikan dan mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk fokus pada penciptaan nilai tambah bagi perusahaan. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi website kami di www.ccg.co.id atau mengubungi marketing kami di nomor 0811-8177-358.
Sumber: https://hbr.org/2022/09/3-stages-of-a-successful-digital-transformation